Setelah
skripsi selesai, Akhirnya, tidak ada cukup alasan untuk buka leptob setiap
harinya. Bahkan terasa sedikit bosen
untuk memandangi layar leptob. Ketika di kostan, leptob hanya diam dalam lemari
dan ketika pulang kerumah juga hanya dibawa demi keamanan. Hingga akhirnya aku
stalking blog sendiri (hehe) dan memutuskan untuk mengembalikan fungsinya, sebagai
diary online yang merekam kehidupan. Kali ini pengen cerita tentang para
pejuang skripsi.
Saat pertama kali menyandang status
sebagai mahasiswa, perasaan bangga sangat melekat pada diriku. Kini, aku menjadi bagian dari kaum (yang katanya)
intelektual yang kelak menjadi harapan bangsa. aku berkutat dengan berbagai
tugas dan mengatur strategi agar memperoleh IPK tinggi.
Lalu aku mulai senang menjajal berbagai organisasi. Hingga tanpa aku sadari, aku sudah berada di semester
akhir. Semester yang dihuni oleh teman-teman sebayaku bahkan kakak tingkat
untuk menyelesaikan SKRIPSI.
Pertama, Perjuangan skripsi itu
gampang-gampang susah, tapi disitulah aku makin dekat dengan sang Pencipta. Dosen tentu juga manusia dengan
berbagai macam karakternya masing-masing. Ada yang perfeksionis, ada yang asal
jalan, ada yang betul-betul detail, ada yang PHP-an, dan macam-macam, tapi yang
jelas mereka betul-betul membimbing kita kok.
Dosen
perfeksionis membimbing untuk detail, dosen asal jalan membimbing untuk memandang indahnya dunia, dosen detail
membimbing perfeksionis, dan dosen PHP membimbing dalam skripsi maupun kisah
cinta. Dengan segala hal karakter
tersebut, setiap mau ketemu tentu banyak do’a yang dihapalkan dengan tujuan
“semoga bapak/ibu dosen selalu dilimpahkan kebahagiaan sehingga selalu dalam
kondisi yang baik untuk membimbing skripsi hari ini’. Aamiin…
Skripsi
bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam hitungan hari. Mungkin, Hanya butuh
waktu antara 3 – 6 bulan lamanya. Sementara, teman-teman yang lain terpaksa
harus menempuh lebih dari 1-2 tahun untuk menyelesaikannya. Ya, kemampuan dan
kesulitan yang dialami tiap-tiap mahasiswa saat mengerjakan skripsi memang
berbeda-beda. Apapun kesulitan dihadapi saat ini, yakinlah bahwa semuanya pasti
bisa terlewati. Sebagai manusia boleh kok sesekali mengeluh atau bersedih. Tapi
setelahnya, kembali tegakkan kepala karena perjuangan harus dilanjutkan.
Dalam skripsi, jangan terlalu ngoyo, berdoa saja mohon keberuntungan, apa
lagi berkaitan dengan administrasi tanda tangan, sudahlah itu…. tidak usah
terlalu terpaku dengan logika, percayakan kekuatan doa. “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
pelindung” Karena keberuntungan yang diberikan Allah lah yang akan
mempermudah segala urusan, bahkan terkadang diluar logika, mohon aja terbaik
dari Allah. hehe.
Kedua, Masih tentang perjuangan skripsi.
Kadang aku merasa bingung mengapa
banyak mahasiswa yang tidak kunjung selesai skripsi. Padahal skripsi tak lebih
dari sekumpulan kalimat yang seharusnya bisa aku selesaikan dengan bekal ilmu
yang sudah di dapatkan selama ini. Namun yang terjadi adalah aku tidak pernah
menyadari bahwa ada hal tidak terduga dan menakjubkan dibalik skripsi yang
kunjung selesai. Banyak hal yang seharusnya tidak dijadikan alasan untuk malas.
Tapi, kini aku mengalaminya. Butuh perjuangan yang sangat besar untuk melawan
rasa jenuh.
Sekali aku memasuki gerbang skripsi, jangan pernah
berfikir untuk mundur, jangan pernah berfikir tentang memiliki
pilihan lain, selain cepat menyelesaikannya. Sekali saja terlena untuk
malas, maka tantangan berat akan semakin terasa. Beberapa teman yang memutuskan
untuk menyerah menghadapi skripsi, memiliki tantangan yang lebih sulit
didepannya.
Misalnya,
Harus menambah semester yang otomatis menambah biaya. Tidak hanya itu,
tantangan terberat berikutnya ialah mengerjakan skripsi sendiri tanpa ada lagi
teman-teman seangkatan yang saling support, tidak ada lagi yang menghidupkan
semangat skripsi, tidak ada lagi teman-teman yang bisa menjadi tempat berbagi.
Teman paling dekat? tentu dia sudah merajut mimpi-mimpinya yang tentu tidak
lagi denganmu dan tidak akan bisa menjadi tempat berbagi keluh kesah. Tantangan
berikutnya tentu perasaan minder ketika masih harus konsultasi dan bertemu
dengan adek-adek tingkat. Kamu rasa hal ini adalah hal terburuk, maka ketika
skripsi masih kuat dan teman-teman masih banyak, jangan berfikir untuk mundur,
seberat apapun itu bisa diatasi, jangan pernah memiliki pilihan lain selain
menyelesaikannya secepat mungkin. Pilihan lain yang kadang dipilih ketika
proses penyelesaian skripsi ialah bekerja. Meninggalkan skripsi dan memilih
bekerja, mungkin solutif, tapi coba selesaikan dulu dan kamu boleh bekerja
sepuasnya setelah itu. hehe.
Ketiga, Masih tentang perjuangan skripsi. Orang lain memang tidak pernah
tahu akan perjuanganku. Perjuangan siang dan malam agar bisa menyelesaikan
skripsi yang penuh dengan revisian. Revisi, dosen, dan
penelitian yang menguras tenaga kini bagian seseorang yang selalu ingin dekat
denganku. Hari-hariku belum tenang jika belum bisa melangkah ke Bab
selanjutnya. Menjalani sesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku pahami memang
tidak mudah. Aku berusaha mengalahkan
ego untuk menjalani proses tersebut. Perkara menulis skripsi memang butuh
kesabaran ekstra dan memerlukan perjuangan di dalamnya.
Tulisan yang sebelumnya sudah aku
anggap benar dengan didasari teori-teori yang selama ini aku pahami ternyata mengalami
banyak kesalahan. Aku mulai sadar jika mengerjakan skripsi tidak semudah yang
aku bayangkan. Dosen yang selama ini setuju atas penyataanku mulai beradu
argumen dengan berbagai kesalahan yang ada pada skripsiku. Belum lagi dengan
berbagai kesibukan dosen yang mulai jarang bisa ditemui.
Aku
mulai menemui 'tanda cinta' dosen yang mulai menghiasi tulisan-tulisan suciku.
Tidak cukup satu ataupun dua kali untuk mencapai kesempurnaan. Hingga aku mulai
frustasi dan berpikir untuk kabur dari semua ini, dari permasalahan bernama
skripsi yang tak kunjung tuntas.
Keempat, Konflik dengan dosen. Persepsi dosen dan mahasiswa tentu
berbeda. Setuju? Hal inilah yang kadang menimbulkan hal sepele menjadi besar
dan menciptakan konflik antara dosen dan mahasiswa, maka jadilah mahasiswa yang
pengertian. Hormat saja terus sama
dosen-dosen , tidak usah nakal. Dosen hanya pengen aku jadi pribadi yang baik dan
mampu memandang realitas sosial guna kompetensi aku saat terjun ke masyarakat
nanti.
Kelima, Budaya ujian skripsi
(Sidang). Sidang dianggap
sebagai puncak perjuangan skripsi, Perasaan bahagia itu ketika keluar dari
ruang sidang, dan diluar ternyata ada teman-teman terdekat yang menyambut.
Sederhana tapi membuat bahagia. Setelah dihadapkan dengan 5 dosen penguji,
menjawab pertanyaan dan mempertahannya skripsi, perasaan lelah akan terobati
dengan sambutan dan senyuman teman-teman semua. Apalagi jika mereka membawa balon ,buket bunga
asli, buket bunga palsu, dengan bentuk macam-macam, buket snack, flower crown,
mahkota ratu, boneka, dan segala hal cantik lainnya termasuk selempang nama dan
selempang dengan tulisan “SIAP NIKAH” hehehe.
Segala perjuangan, kondisi jiwa yang
dipertanyakan serta konflik akan hilang dalam sekejap saat ujian telah usai.
Segera jilid skripsimu, pandanglah lekat-lekat, katakan “Ini lho hasil perjuanganku” dengan tersenyum. Aku yakin segala
perjuangan berat itu menjadi kenangan manis.
Terimakasih
bapak & ibu dosen memberikan ilmunya selama kuliah…
Terimakasih
bapak & ibu dosen pembimbing & penguji skripsi…..
Telah berhasil menambahkan GELAR SARJANA di akhir namaku
Meraih gelar sarjana
memang butuh perjuangan yang tidak mudah, Di saat-saat terendah dalam hidup, Ingatlah mereka yang
menggantungkan harapan di pundakmu dan mengharapkan kesuksesanmu, dan terutama ingatlah
kedua orang tua, keluarga, sahabat dan teman- temanmu yang ingin melihatmu
segera memakai TOGA WISUDA…
Terimakasih buat dukungan do'a dan semangatnya terutama untuk kedua orang tua, kakak, adik, sahabat dan teman- teman seperjuangan.....
Akhirnya wisuda juga…
11102017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar