Jumat, 03 November 2017

Pejuang Skripsi

Setelah skripsi selesai, Akhirnya, tidak ada cukup alasan untuk buka leptob setiap harinya. Bahkan terasa sedikit bosen untuk memandangi layar leptob. Ketika di kostan, leptob hanya diam dalam lemari dan ketika pulang kerumah juga hanya dibawa demi keamanan. Hingga akhirnya aku stalking blog sendiri (hehe) dan memutuskan untuk mengembalikan fungsinya, sebagai diary online yang merekam kehidupan. Kali ini pengen cerita tentang para pejuang skripsi.

Saat pertama kali menyandang status sebagai mahasiswa, perasaan bangga sangat melekat pada diriku. Kini, aku menjadi bagian dari kaum (yang katanya) intelektual yang kelak menjadi harapan bangsa. aku berkutat dengan berbagai tugas dan mengatur strategi agar memperoleh IPK tinggi. Lalu aku mulai senang menjajal berbagai organisasi. Hingga tanpa aku sadari, aku sudah berada di semester akhir. Semester yang dihuni oleh teman-teman sebayaku bahkan kakak tingkat untuk menyelesaikan SKRIPSI.

Pertama, Perjuangan skripsi itu gampang-gampang susah, tapi disitulah aku makin dekat dengan sang Pencipta. Dosen tentu juga manusia dengan berbagai macam karakternya masing-masing. Ada yang perfeksionis, ada yang asal jalan, ada yang betul-betul detail, ada yang PHP-an, dan macam-macam, tapi yang jelas mereka betul-betul membimbing kita kok.

Dosen perfeksionis membimbing untuk detail, dosen asal jalan membimbing  untuk memandang indahnya dunia, dosen detail membimbing perfeksionis, dan dosen PHP membimbing dalam skripsi maupun kisah cinta.  Dengan segala hal karakter tersebut, setiap mau ketemu tentu banyak do’a yang dihapalkan dengan tujuan “semoga bapak/ibu dosen selalu dilimpahkan kebahagiaan sehingga selalu dalam kondisi yang baik untuk membimbing skripsi hari ini’. Aamiin…  

Skripsi bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam hitungan hari. Mungkin, Hanya butuh waktu antara 3 – 6 bulan lamanya. Sementara, teman-teman yang lain terpaksa harus menempuh lebih dari 1-2 tahun untuk menyelesaikannya. Ya, kemampuan dan kesulitan yang dialami tiap-tiap mahasiswa saat mengerjakan skripsi memang berbeda-beda. Apapun kesulitan dihadapi saat ini, yakinlah bahwa semuanya pasti bisa terlewati. Sebagai manusia boleh kok sesekali mengeluh atau bersedih. Tapi setelahnya, kembali tegakkan kepala karena perjuangan harus dilanjutkan.

Dalam skripsi, jangan terlalu  ngoyo, berdoa saja mohon keberuntungan, apa lagi berkaitan dengan administrasi tanda tangan, sudahlah itu…. tidak usah terlalu terpaku dengan logika, percayakan kekuatan doa. “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung” Karena keberuntungan yang diberikan Allah lah yang akan mempermudah segala urusan, bahkan terkadang diluar logika, mohon aja terbaik dari Allah. hehe.

Kedua, Masih tentang perjuangan skripsi. Kadang aku merasa bingung mengapa banyak mahasiswa yang tidak kunjung selesai skripsi. Padahal skripsi tak lebih dari sekumpulan kalimat yang seharusnya bisa aku selesaikan dengan bekal ilmu yang sudah di dapatkan selama ini. Namun yang terjadi adalah aku tidak pernah menyadari bahwa ada hal tidak terduga dan menakjubkan dibalik skripsi yang kunjung selesai. Banyak hal yang seharusnya tidak dijadikan alasan untuk malas. Tapi, kini aku mengalaminya. Butuh perjuangan yang sangat besar untuk melawan rasa jenuh.

Sekali aku memasuki gerbang skripsi, jangan pernah berfikir untuk mundur, jangan pernah berfikir tentang memiliki pilihan lain, selain cepat  menyelesaikannya. Sekali saja terlena untuk malas, maka tantangan berat akan semakin terasa. Beberapa teman yang memutuskan untuk menyerah menghadapi skripsi, memiliki tantangan yang lebih sulit didepannya.

Misalnya, Harus menambah semester yang otomatis menambah biaya. Tidak hanya itu, tantangan terberat berikutnya ialah mengerjakan skripsi sendiri tanpa ada lagi teman-teman seangkatan yang saling support, tidak ada lagi yang menghidupkan semangat skripsi, tidak ada lagi teman-teman yang bisa menjadi tempat berbagi. Teman paling dekat? tentu dia sudah merajut mimpi-mimpinya yang tentu tidak lagi denganmu dan tidak akan bisa menjadi tempat berbagi keluh kesah. Tantangan berikutnya tentu perasaan minder ketika masih harus konsultasi dan bertemu dengan adek-adek tingkat. Kamu rasa hal ini adalah hal terburuk, maka ketika skripsi masih kuat dan teman-teman masih banyak, jangan berfikir untuk mundur, seberat apapun itu bisa diatasi, jangan pernah memiliki pilihan lain selain menyelesaikannya secepat mungkin. Pilihan lain yang kadang dipilih ketika proses penyelesaian skripsi ialah bekerja. Meninggalkan skripsi dan memilih bekerja, mungkin solutif, tapi coba selesaikan dulu dan kamu boleh bekerja sepuasnya setelah itu. hehe.

Ketiga, Masih tentang perjuangan skripsi. Orang lain memang tidak pernah tahu akan perjuanganku. Perjuangan siang dan malam agar bisa menyelesaikan skripsi yang penuh dengan revisian.  Revisi, dosen,  dan penelitian yang menguras tenaga kini bagian seseorang yang selalu ingin dekat denganku. Hari-hariku belum tenang jika belum bisa melangkah ke Bab selanjutnya. Menjalani sesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku pahami memang tidak mudah. Aku  berusaha mengalahkan ego untuk menjalani proses tersebut. Perkara menulis skripsi memang butuh kesabaran ekstra dan memerlukan perjuangan di dalamnya.

Tulisan yang sebelumnya sudah aku anggap benar dengan didasari teori-teori yang selama ini aku pahami ternyata mengalami banyak kesalahan. Aku mulai sadar jika mengerjakan skripsi tidak semudah yang aku bayangkan. Dosen yang selama ini setuju atas penyataanku mulai beradu argumen dengan berbagai kesalahan yang ada pada skripsiku. Belum lagi dengan berbagai kesibukan dosen yang mulai jarang bisa ditemui.
Aku mulai menemui 'tanda cinta' dosen yang mulai menghiasi tulisan-tulisan suciku. Tidak cukup satu ataupun dua kali untuk mencapai kesempurnaan. Hingga aku mulai frustasi dan berpikir untuk kabur dari semua ini, dari permasalahan bernama skripsi yang tak kunjung tuntas.

Keempat, Konflik dengan dosen. Persepsi dosen dan mahasiswa tentu berbeda. Setuju? Hal inilah yang kadang menimbulkan hal sepele menjadi besar dan menciptakan konflik antara dosen dan mahasiswa, maka jadilah mahasiswa yang pengertian.  Hormat saja terus sama dosen-dosen ,  tidak usah nakal. Dosen  hanya pengen aku jadi pribadi yang baik dan mampu memandang realitas sosial guna kompetensi aku saat terjun ke masyarakat nanti.

Kelima, Budaya ujian skripsi (Sidang). Sidang dianggap sebagai puncak perjuangan skripsi, Perasaan bahagia itu ketika keluar dari ruang sidang, dan diluar ternyata ada teman-teman terdekat yang menyambut. Sederhana tapi membuat bahagia. Setelah dihadapkan dengan 5 dosen penguji, menjawab pertanyaan dan mempertahannya skripsi, perasaan lelah akan terobati dengan sambutan dan senyuman teman-teman semua.  Apalagi jika mereka membawa balon ,buket bunga asli, buket bunga palsu, dengan bentuk macam-macam, buket snack, flower crown, mahkota ratu, boneka, dan segala hal cantik lainnya termasuk selempang nama dan selempang dengan tulisan “SIAP NIKAH” hehehe.
Segala perjuangan, kondisi jiwa yang dipertanyakan serta konflik akan hilang dalam sekejap saat ujian telah usai. Segera jilid skripsimu, pandanglah lekat-lekat, katakan “Ini lho hasil perjuanganku” dengan tersenyum. Aku yakin segala perjuangan berat itu menjadi kenangan manis.
Terimakasih bapak & ibu dosen memberikan ilmunya selama kuliah…
Terimakasih bapak & ibu dosen pembimbing & penguji skripsi…..
Telah berhasil menambahkan GELAR SARJANA di akhir namaku
Meraih gelar sarjana memang butuh perjuangan yang tidak mudah, Di saat-saat terendah dalam hidup, Ingatlah mereka yang menggantungkan harapan di pundakmu dan mengharapkan kesuksesanmu, dan terutama ingatlah kedua orang tua, keluarga, sahabat dan teman- temanmu yang ingin melihatmu segera memakai TOGA WISUDA
Terimakasih  buat dukungan do'a dan semangatnya terutama untuk kedua orang tua, kakak, adik, sahabat dan teman- teman seperjuangan.....
Akhirnya wisuda juga…
11102017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar